ads

Berita

Laporan Utama

Opini

Editorial

Artikel

Liputan Khusus

“You Are Beautiful” sebagai Media Pencitraan Wanita

Senin (29/04) menjadi hari istimewa hasil keringat para fosterist atau seluruh jajaran anggota UKM FOSTER (Fotografi STAIN Kediri) dalam menggelar pameran foto bertema ‘Pameran Foto you are beautiful & 3rd anniversary FOSTER’ yang diselenggarakan selama seminggu suntuk mulai dari 29 april sampai 05 mei di perpustakaan umum daerah kota Kediri.

Acara yang disuport penuh oleh Kanopi (Komunitas Seni Visual) beserta FOSTER tersebut diawali dengan pembukaan pada hari senin pukul 08:00 WIB  menggunakan pakaian wajib batik (untuk para fosterist). Dan akan berakhir pada sarasehan 05 mei pukul 15:00 bertempat di perpustakaan umum Jln. Diponegoro Kediri.

“Kami menyelenggarakan pameran foto kali ini di perpus kota karena ekspansi, soalnya kalau kita adakan pameran di kampus, jangkauan para komunitas lain sulit menemukan dimana STAIN Kediri bertempat, kalau disini lebih strategis” begitu kata Mohammad Zidni Ilma sebagai ketua panitia. Dengan inisiatifnya kini, kurang lebih membawa hawa segar bagi para pecinta fotografi di Kediri maupun dari beragam komunitas dimanapun berada tanpa harus kebingungan menemukan letak pameran foto FOSTER diselenggarakan.

Apresiasi teman-teman UKM FOSTER terhadap pameran foto tersebut cukuplah besar. Harus merogoh kocek lebih hati-hati. Pasalnya faktor biaya sedang vakum dari atasan kampus. “Ini lho bukan biaya dari kampus, tapi dari seluruh anggota fosterist sendiri dalam menyelenggarakan pameran tersebut” tukas Zidni dengan bangga bahwa ternyata tanpa terpaku dengan sokongan dana kampus pun mereka bisa mengadakan pameran foto runtinan untuk memperingati anniversary FOSTER yang ke-tiga.

Melihat dari tema yang tertera You are beautiful, tentunya sudah banyak gambaran tentang wanita. Memang lebih khusus pameran tersebut menyudutkan gaya perempuan dengan segala kecantikan serta bagaimana wanita bisa begitu indah dan menarik, bahkan dikorek dari yang paling muskil sekalipun. “You are beautiful merupakan suatu usaha dalam membaca perempuan ke dalam suatu bentuk story telling dengan media foto” begitu cuplikan yang tertera saat para penonton disambut pertamakali dari balik pintu masuk perpustakaan di sebilah papan penuh tanda tangan sebagai partisipan.

Di slide pertama bagian kanan samping terlihat foto-foto cantik di sebuah tembok dengan judul ‘kalung’ dan tertera nama Nailul Hidayah sebagai fotografer dengan sebagian sinopsis ‘kalung melingkar dan mempercantik wanita’. Slide selanjutnya dari Mohammad Zindi Ilma dengan tajuk sinopsis berjudul ‘Aku dan Rantai’ yang bersinopsis semacam wanita gila yang lahir pada 26 agustus 1985 di desa kecil mojo dan punya hobi menyanyi, lalu ditinggal mati ibuknya hingga menjadi abnormal lalu dirantai.

Masih banyak lagi slides lain buah karya para fosterist mulai dari Sefti Muvita Sari yang mengambil angle ‘senyum’. Ulfia Rosyadi dengan ‘Down Sindrom’. Iis Alifatinniroh dengan ‘kaca’. Citraningtias AM dengan ‘Nail Art’. Semua dengan masing-masing sinopsis menarik dari para fosterist yang ikut serta menyumbangkan karya. Tidak melepas dari kebohongan bahwa dibalik usaha wanita menjadi cantik memang penuh usaha. Mulai dari Nail Art hingga senyum simpul para wanita sebagai buah kecantikan.

Artivisual yang tertera sebagaimana you are beautiful lebih mengedepankan sisi keibuan, kecantikan bahkan keresahan wanita dalam menghadapi tantangan zaman. Sementara wanita biar bagaimanapun tetap memberi kesan yang indah. Emansipasi wanita memberi kesan sempurna akan hidupnya keindahan di segala penjuru dan prahara zaman yang semakin berlanjut. Dimana wanita menjadi semakin cantik dan menarik berdandan, berias serta memperbaiki diri dengan polah tingkah zaman dan usia waktu.

Ahmed LPM DeDIKASI.

DEMA Ps-TBI : Kritik Pendidikan Melalui Debate Contest

[DeDIKASI] Sabtu, 27 April 2013, Debate contest dan writing competition yang dihelat oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa Program Studi Tadris Bahasa Inggris (DEMA PS-TBI), berlangsung cukup meriah. Agenda ini diikuti oleh 10 kontestan debate dan 10 peserta writing competition.

Dibuka oleh kepala jurusan tarbiyah bapak Abdullah, acara yang berlangsung di student lantai satu tersebut mendapat antusias dari Mahasiswa STAIN Kediri khususnya Tadris Bahasa Inggris. Debate contest berlangsung di dua tempat, pertama di gedung pasca sarjana dan selanjutnya berada di student center, “selain untuk mempersingkat waktu, hal ini memang perlu dilakukan mengingatbanyaknya peserta dan sistem gugur yang di berlakukan”, Aziz mahasiswa semester  4 selaku ketua panitia.

Pada kesempatan kali ini, DEMA mengusung tema “Educationand Culture in Globalisation Era”.Dari DEMA ingin membahas sistem pendidikan di era globalisasi ini” ungkap Imam Wahyudi, selaku ketua DEMA PS-TBI. Seperti yang telah tertera dalam tema kegiatan, Imam mengaku bahwa tujuan agenda yang ia buat ini selain menjalankan fungsi DEMA sebagai wadah aspirasi mahasiswa, juga untuk pengembangan kapabilitas mahasiswa Tadris Bahasa Inggris serta menyorot seberapa penting budaya dalam pendidikan khususnya di era globalisasi ini.

Disinggung mengenai makna kata “globaisasi” yang termaktub dalam tema, Aziz ketua panitia mengungkap, “globalisasi disini adalah masuknya materi-materi global yang sedikit banyak pasti berdampak ke pendidikan di Indonesia, seperti salah satunya budaya-budaya  negara lain yang meng-global. Apalagi kita TBI, belajar bahasa kan juga belajar budaya. So, masih tetep berkaitan”.

Final debate competition semakin seru dengan masuknya mahasiswa semester 2 sebagai finalis dalam menentukan pemenang dan runner up. Tepuk tanganyang meriah dari peserta menambah ketegangan dari para kontestan. “bentuk penilaiannya tidak hanya pada speaking mereka saja namun juga dasar dari ungkapan yang di lontarkan setiap peserta yang beragam, ini menjadi titik penilaian yang menarik. Karena beberapa peserta ada yang hanya asal berargumen tanpa di sertai data dan contoh di kenyatannya.” Tutur Mam Toyibah selaku juri dan kepala prodi bahasa inggris.

Target Belum Tercapai
Dari ratusan mahasiswa Tadris Bahasa Inggris di STAIN Kediri, jumlah mahasiswa yang berpartisipasi dinilai masih kurang. Hal ini pun diakui oleh salah seorang panitia acara tersebut, yakni Ayu.“sudah cukup bikin panitia heboh meski belum dapat mencapai target peserta yang diharapkan” tutur mahasiswa semester 4 ini.

Sementara itu, diwawancarai secara terpisah, Agus Darminto mahasiswa tadris bahasa inggris semester 6, selaku peserta English debate. Menilai bahwa acara kali ini cukup menarik, terkait tema yang usung dia menyatakan sangat setuju, “bagus dan exciting, hanya saja sistematika lombanya agak kacau, tapi udah cukup keren kok dari segi temanya karea memang lagi booming untuk saat ini,. ya semoga saja tidak hanya jadi sekedar tema namun juga bisa di aplikasikan dalm kehidupan kita setelahnya”. Ungkapnya.

Agenda di akhiri dengan pegumuman pemenang peserta debate contest dan writing competition. Dimana debate contest dimenangkan kelompok dari semester 6 yang beranggotakan oleh Agus Darminto, Ike Wisnu Wijaya, dan Alimul Hakim. Disusul runner up pertama oleh semester 2 yang beranggotakan Ulin Nuha, Yuhana dan Nurul. Dan runner up kedua oleh semester 2 yang beranggotakan Moh. Hanif, Lukman Hakim al-masruri dan Muhimmatul Azzimah. Sedangkan writing competition dibagi dengan 3 kategori. Article oleh Aisyah (TBI Semester 6),Sort Story oleh Febriana galih (TBI semester 6) dan opini oleh Rifaatus sariroh(TBI semester 6). /yin/t2t

Sambut Hari Kartini, KOHATI Diskusikan Soal Perempuan


Wikipedia.com
Kartini, sosok perempuan tangguh yang tidak mau kalah dengan keadaan yang membelenggunya, kiranya kini sudah menjadi sumber inspirasi bagi kaum perempuan Indonesia. Pada jamannya, seorang Kartini selain harus menurut dan tidak boleh membantah kata-kata ayahnya, juga merupakan perempuan yang  tidak mendapatkan pendidikan yang seharusnya ia dapatkan. Dan karena kemauan kerasnya untuk mengenyam bangku sekolah, kini ia menjadi Pahlawan atas kesetaraan gender yang ia perjuangkan pada masanya.

                Kaum perempuan yang dulunya hanya berada di dapur, tidak memiliki hak suara, dan juga tidak dapat merasakan indahnya pendidikan, kini berbanding terbalik dengan nasib perempuan saat ini berkat perjuangan Kartini. Namun, image dan anggapan miring tentang perempuan yang harus dan hanya berada di dapur masih terngiang di telinga kaum perempuan sekali pun diskusi-diskusi soal kesetaraan gender sudah dibuka diberbagai tempat, seperti dikalangan akademis atau juga dikalangan umum.

                Dan demi memperingati perjuangan Kartini, Kamis (18/4) di Student center lantai 1 STAIN Kediri Korps HMI wati (KOHATI) mengadakan diskusi khusus soal perempuan. Diskusi yang pada dasarnya dilaksanakan setiap minggu ini sengaja mengangkat tema ‘Perempuan sebagai ujung tombak pendidikan’ sebagai refleksi keadaan perempuan saat ini. “Selain memperingati hari Kartini, diskusi ini juga sebagai bekal para perempuan untuk sadar akan peran dan fungsinya sebagai ujung tombak pendidikan” ungkap Ike, ketua bidang pemberdayaan perempuan HMI Komisariat Tarbiyah.

                Diskusi yang diisi oleh Ibu Prima Ayu R. M, M.Si, selaku pemateri dan juga dosen KI STAIN Kediri ini membahas tentang seorang perempuan hendaknya bisa menempatkan diri dan tau bagaimana ia bersikap di tempat yang berbeda. Selain itu perempuan juga sebagai pencetak generasi bangsa yang kokoh, tangguh, dan cerdas. “Perempuan sebagai ibu rumah tangga, merupakan pendidik pertama bagi seorang anak. Jadi, sebagai pendidik seorang perempuan juga harus mendapatkan pendidikan” tutur pemateri dalam pembahasannya.

                Diskusi yang diikuti sekitar 15 orang ini cukup menarik karena para peserta bisa menanggapi penjelasan pemateri dengan beberapa pertanyaan. Peserta yang hadir pun tidak hanya dari kalangan perempuan, akan tetapi ada beberapa lelaki yang ikut serta, meskipun pembahasan diskusi adalah tentang perempuan. Selain membahas tentang perempuan dan pendidikan, pemateri juga menyinggung tentang masalah organisasi, mengingat organisasi adalah wadah yang baik dan tepat untuk mahasiswi yang belajar bagaimana bersosialisasi dengan baik.

                 Memeringati Hari Kartini bisa dilakukan oleh siapapun dan dengan agenda bagaimanapun. Namun kiranya, peringatan ini janganlah dijadikan agenda tahunan tanpa membahas esensi yang sebenarnya. Sudah benarkah posisi seorang perempuan saat ini seperti yang diharapkan oleh Kartini? Pertanyaan itulah yang harusnya dijadikan landasan dalamrefleksi peringatan hari Kartini.

                “Yang penting konkrit lah tujuannya, jangan malah sebagai hari Batik atau hari Kebaya Nasional. Kita perlu tau siapa Kartini dan bagaimana perjuangannya dimasa pergerakan nasional” ungkap  salah satupeserta yang enggan menjawab saat ditanya namanya. (Nif/Del/Ndi) (Edt : TIW)

Top